Rabu, 07 November 2012

Dualisme Raden Saleh*

Indonesia pernah mempunyai seorang pelukis yang begitu hebat dan dihargai oleh bangsa Eropa, bahkan sang pelukis itu sempat dijadikan pelukis kerajaan di Jerman. Pelukis itu adalah Raden Saleh, sejarah Indonesia tentu mencatatnya sebagai salah seorang yang berpengaruh karena latar belakang kehidupannya. Raden Saleh adalah seorang asli Jawa yang sangat beruntung mendapatkan ketenaran di luar negerinya sendiri karena keterampilan melukisnya.

Raden Saleh pertama kali menginjakkan kakinya di Eropa adalah di Negara Belanda pada tahun 1829, negara yang sedang menjajah tanah kelahirannya. Selain itu keberangkatan Raden Saleh ke Belanda juga dibarengi dengan peristiwa perang diponegoro, yaitu pada tahun 1830. Ketika kepergiannya ke Belanda berbarengan dengan tragedi perang Diponegoro kita mungkin mempertanyakan dimana letak nasionalisme Raden saleh, tapi Raden saleh pergi ke Belanda bukan untuk membela belanda tapi dia berniat untuk memperdalam ilmu melukisnya.

Walaupun Raden Saleh banyak menghabiskan umurnya di Eropa tapi dia tetap menunjukkan nasionalismenya. Seperti yang dituliskan Imam Muhtarom dalam esainya yang berjudul Raden Saleh, sang maestro.
Di sayap kiri setelah melewati pintu masuk, pengunjung dihadapkan pada catatan kuratorial mengenai kemenduaan antara badannya di Eropa sementara jiwanya tetap menetak di Hindia Belanda.”

Dalam esainya itu Imam memperlihatkan dualisme Raden Saleh yang terlihat di pameran lukisan “Raden Saleh dan Awal Seni Lukis Modern Indonesia” di Galeri Nasional Indonesia pada 3-17 Juni 2012. Lukisan-lukisan Raden Saleh yang memakai teknik hasil pembelajarannya di Eropa masih menunjukkan corak ke Indonesiaan dan sekaligus menunjukkan rasa nasionalisme Raden Saleh yang tidak hilang setelah lama tinggal di Eropa.

Dualisme dalam lukisan Raden Saleh itu membuatnya dicatat dalam sejarah Indonesia sebagai tonggak seni lukis modern di Indonesia. Gaya lukisan yang dibawa pulang Raden Saleh ke Indonesia adalah gaya lukisan dari Eropa yang belum pernah muncul di indonesia, dan gaya lukisan Eropa itu dianggap gaya lukisan modern di Indonesia.

Tapi ada yang lebih khas dari lukisan seorang Raden Saleh. Jika semua pelukis mungkin hanya memasukkan perasaan kediriannya saja terhadap lukisannya, Raden Saleh tak hanya melakukan itu. Dalam lukisannya yang berjudul “Penangkapan Pangeran Diponegoro” Raden Saleh memunculkan perasaana kedirian, juga gambar dirinya sendiri di dalam lukisan itu. Lukisan yang menggambarkan penangkapan Pangeran Diponegoro yang diakibatkan oleh pengkhianatan bangsa kolonial. Peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro ini sangat berpengaruh terhadap sejarah Indonesia untamanya bagi orang Jawa yang pada saat itu begitu mengagumi Pangeran Diponegoro sebagai pimpinan perang Diponegoro.

Kekaguman dan kekecewaan orang Jawa pada penangkapan Pangeran Diponegoro mungkin mengganggu pikiran seorang Raden Saleh saat itu, kerena ketika kabar perang Diponegoro telah usai dia berada di Negara yang menjadi lawan Indonesia dalam perang Diponegoro, yaitu Belanda. Raden Saleh yang memang tidak mengenal seorang Pangeran Diponegoro secara dekat hanya dapat meresapi kepribadian seorang Pangeran Diponegoro dari barang-barang hasil sitaan Belanda ketika perang Diponegoro usai.

Kenangan tentang perang Diponegoro dan kekaguman Raden Saleh terhadap seorang Pangeran Diponegoro selalu menghantui pikiran Raden Saleh walaupun dia sudah berpindah dari Belanda ke Perancis. Akhirnya dengan bersusah payah pada tahun 1857 lukisan “Penangkapan Pangeran Diponegoro” diselesaikan oleh Raden saleh, walaupun sebelumnya sudah ada lukisan yang juga menggambarkan penangkapan Pangeran Diponegoro yang dibuat oleh orang Belanda, yaitu Nicolaas Pieneman yang disuruh oleh pimpinan Belanda penangkap Pangeran Diponegoro, Hendrik Merkus de Kock.

Dua lukisan tentang penangkapan Pangeran Diponegoro itu begitu berbeda. Dan mungkin hanya ada dua unsur dari dua lukisan itu, yaitu pamer dan perlawanan. Lukisan Pieneman adalah lukisan yang mengandung unsur pamer, karena lukisan itu dibuat hanya untuk memperlihatkan kegagahan Belanda menangkap orang Jawa tanpa meneliti lebih dalam. Bagaimana tidak, Pieneman adalah seorang yang tak pernah pergi ke Jawa dan ciri penduduk jawa tidak muncul dalam lukisannya.

Sedangkan lukisan Raden Saleh adalah lukisan yang mengandung unsur perlawanan. Raden saleh adalah seorang dengan dualisme bangsa, yaitu Jawa dan Belanda. Karena dia sempat hidup di Belanda, sehingga dalam lukisan Raden Saleh, ke’Belanda’an dan ke’Jawa’an itu muncul dalam lukisan Raden Saleh itu. Selain itu dalam lukisan itu Raden Saleh juga memperlihatkan perlawanan seorang Pangeran Diponegoro yang tidak sudi memandang orang-orang Belanda dan yang paling tidak terduga adalah tiga gambar diri seorang Raden Saleh sendiri ada didalam lukisan itu sebagai bentuk perlawanannya terhadap penangkapan Pangeran Diponegoro.

Raden Saleh, Pangeran Diponegoro, Hendrik Merkus de Kock dan Nicolaas Pieneman adalah 4 orang yang berpengaruh terhadap sejarah perang Diponegoro, tapi di Negara meraka masing masing dan dengan perspektif masing-masing.[]

*Tulisan ini pernah dikirim ke lomba menulis esai 'Mengenang Raden Saleh' dan menjadi urutan nomor dua naskah terbaik (tapi tidak jadi juara)