Indonesia pernah mempunyai
seorang pelukis yang begitu hebat dan dihargai oleh bangsa Eropa, bahkan sang
pelukis itu sempat dijadikan pelukis kerajaan di Jerman. Pelukis itu adalah
Raden Saleh, sejarah Indonesia tentu mencatatnya sebagai salah seorang yang
berpengaruh karena latar belakang kehidupannya. Raden Saleh adalah seorang asli
Jawa yang sangat beruntung mendapatkan ketenaran di luar negerinya sendiri
karena keterampilan melukisnya.
Raden Saleh pertama kali
menginjakkan kakinya di Eropa adalah di Negara Belanda pada tahun 1829, negara
yang sedang menjajah tanah kelahirannya. Selain itu keberangkatan Raden Saleh
ke Belanda juga dibarengi dengan peristiwa perang diponegoro, yaitu pada tahun
1830. Ketika kepergiannya ke Belanda berbarengan dengan tragedi perang
Diponegoro kita mungkin mempertanyakan dimana letak nasionalisme Raden saleh,
tapi Raden saleh pergi ke Belanda bukan untuk membela belanda tapi dia berniat
untuk memperdalam ilmu melukisnya.
Walaupun Raden Saleh banyak
menghabiskan umurnya di Eropa tapi dia tetap menunjukkan nasionalismenya.
Seperti yang dituliskan Imam Muhtarom dalam esainya yang berjudul Raden Saleh, sang
maestro.
“Di sayap kiri setelah melewati pintu
masuk, pengunjung dihadapkan pada catatan kuratorial mengenai kemenduaan antara
badannya di Eropa sementara jiwanya tetap menetak di Hindia Belanda.”
Dalam
esainya itu Imam memperlihatkan dualisme Raden Saleh yang terlihat di pameran
lukisan “Raden Saleh dan Awal Seni Lukis Modern Indonesia” di Galeri Nasional
Indonesia pada 3-17 Juni 2012. Lukisan-lukisan Raden Saleh yang memakai teknik
hasil pembelajarannya di Eropa masih menunjukkan corak ke Indonesiaan dan
sekaligus menunjukkan rasa nasionalisme Raden Saleh yang tidak hilang setelah
lama tinggal di Eropa.
Dualisme
dalam lukisan Raden Saleh itu membuatnya dicatat dalam sejarah Indonesia
sebagai tonggak seni lukis modern di Indonesia. Gaya lukisan yang dibawa pulang
Raden Saleh ke Indonesia adalah gaya lukisan dari Eropa yang belum pernah
muncul di indonesia, dan gaya lukisan Eropa itu dianggap gaya lukisan modern di
Indonesia.
Tapi
ada yang lebih khas dari lukisan seorang Raden Saleh. Jika semua pelukis
mungkin hanya memasukkan perasaan kediriannya saja terhadap lukisannya, Raden Saleh
tak hanya melakukan itu. Dalam lukisannya yang berjudul “Penangkapan Pangeran Diponegoro” Raden Saleh memunculkan perasaana
kedirian, juga gambar dirinya sendiri di dalam lukisan itu. Lukisan yang
menggambarkan penangkapan Pangeran Diponegoro yang diakibatkan oleh
pengkhianatan bangsa kolonial. Peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro ini
sangat berpengaruh terhadap sejarah Indonesia untamanya bagi orang Jawa yang
pada saat itu begitu mengagumi Pangeran Diponegoro sebagai pimpinan perang Diponegoro.
Kekaguman
dan kekecewaan orang Jawa pada penangkapan Pangeran Diponegoro mungkin
mengganggu pikiran seorang Raden Saleh saat itu, kerena ketika kabar perang
Diponegoro telah usai dia berada di Negara yang menjadi lawan Indonesia dalam
perang Diponegoro, yaitu Belanda. Raden Saleh yang memang tidak mengenal
seorang Pangeran Diponegoro secara dekat hanya dapat meresapi kepribadian
seorang Pangeran Diponegoro dari barang-barang hasil sitaan Belanda ketika
perang Diponegoro usai.
Kenangan
tentang perang Diponegoro dan kekaguman Raden Saleh terhadap seorang Pangeran
Diponegoro selalu menghantui pikiran Raden Saleh walaupun dia sudah berpindah
dari Belanda ke Perancis. Akhirnya dengan bersusah payah pada tahun 1857
lukisan “Penangkapan Pangeran Diponegoro”
diselesaikan oleh Raden saleh, walaupun sebelumnya sudah ada lukisan yang
juga menggambarkan penangkapan Pangeran Diponegoro yang dibuat oleh orang
Belanda, yaitu Nicolaas Pieneman yang disuruh oleh pimpinan Belanda penangkap Pangeran
Diponegoro, Hendrik Merkus de Kock.
Dua lukisan tentang penangkapan Pangeran Diponegoro itu begitu berbeda. Dan
mungkin hanya ada dua unsur dari dua lukisan itu, yaitu pamer dan perlawanan.
Lukisan Pieneman adalah lukisan yang mengandung unsur pamer, karena lukisan itu
dibuat hanya untuk memperlihatkan kegagahan Belanda menangkap orang Jawa tanpa
meneliti lebih dalam. Bagaimana tidak, Pieneman adalah seorang yang tak pernah
pergi ke Jawa dan ciri penduduk jawa tidak muncul dalam lukisannya.
Sedangkan lukisan Raden Saleh adalah lukisan yang mengandung unsur perlawanan.
Raden saleh adalah seorang dengan dualisme bangsa, yaitu Jawa dan Belanda. Karena
dia sempat hidup di Belanda, sehingga dalam lukisan Raden Saleh, ke’Belanda’an
dan ke’Jawa’an itu muncul dalam lukisan Raden Saleh itu. Selain itu dalam
lukisan itu Raden Saleh juga memperlihatkan perlawanan seorang Pangeran
Diponegoro yang tidak sudi memandang orang-orang Belanda dan yang paling tidak
terduga adalah tiga gambar diri seorang Raden Saleh sendiri ada didalam lukisan
itu sebagai bentuk perlawanannya terhadap penangkapan Pangeran Diponegoro.
Raden Saleh, Pangeran Diponegoro, Hendrik Merkus de Kock dan Nicolaas Pieneman adalah 4 orang yang berpengaruh
terhadap sejarah perang Diponegoro, tapi di Negara meraka masing masing dan
dengan perspektif masing-masing.[]
*Tulisan ini pernah dikirim ke lomba menulis esai 'Mengenang Raden Saleh' dan menjadi urutan nomor dua naskah terbaik (tapi tidak jadi juara)
*Tulisan ini pernah dikirim ke lomba menulis esai 'Mengenang Raden Saleh' dan menjadi urutan nomor dua naskah terbaik (tapi tidak jadi juara)