Selasa, 16 Oktober 2012

Ketika Senja Jibril Datang Ke Rumahku

Ketika senja jibril datang kerumahku, tanpa sayapnya
Lantas mengajakku berbincang
“apakah kau pernah berpikir mendapatkan sesuatu dari Tuhanmu?”
Suaranya liar, tak seperti sabda tuhan yang dititipkan pada malaikatnya
“aku tak pernah berpilir tentang Tuhan wahai Jibril”

Aku tak menyuguhkan apapun di meja rumahku
Aku tak tahu apa yang dimakan malaikat dan apa yang disukai malaikat
Hanya ada bunga dan taplak meja yang terhampar.

Dia berikan secarik kertas padaku
“itu adalah sajak dari Tuhan untukmu”
“lalu untuk apa kau berikan ini padaku wahai Jibril?”

Jibril tersenyum riang
Dan aku tercengang
“pikirkanlah kata-katamu dalam hati wahai penyair!”
Lantas sekejap jibril menghilang dari hadapanku.

Hikayat Cium dan Desah


Dan kita pernah datang pada gelap yang serak
Menuliskan pandang mata yang tak pernah usai
Pada bibir malam yang kita larung oleh tubuh

Minggu, 14 Oktober 2012

Minum

“Kamu sakit gara-gara kebanyakan ‘minum’ Dam, masa setiap malam kamu ‘minum’ terus. Apa ndak ada niatan buat berhenti minum?”

Yah itulah yang dikatakan teman saya ketika menjenguk saya yang tergeletak lunglai di kamar kontrakan. Saya hanya menjawabnya dengan senyuman yang benar-benar tulus dan dibalas lagi olehnya degan muka kecut, mungkin dia sadar bahwa saya sulit sekali untuk berubah hanya dengan nasehat-nasehat serupa wahyu Tuhan kepada para nabinya.

Dua hari sebelum saya benar-benar sakit, tubuh saya memang sudah mengisyaratkan agar saya beristirahat, tapi masih banyak keperluan yang harus saya selesaikan dan itu membuat saya sulit menyisakan waktu sekedar hanya untuk istirahat. Beberapa rapat, diskusi, dan obrolan-obrolan warung kopi yang sulit untuk ditinggalkan membuat saya mondar mandir setiap hari.

Dan apa yang dikatakan teman saya tentang ‘minum’, hampir setiap malam saya diajak oleh teman-teman untuk melakukan kegiatan yang memunculkan keakraban dan persaudaraan itu. saya tidak pernah berniatan ‘minum’ untuk membuat saya mabuk dan melupakan semua masalah, hanya orang-orang yang kalah yang akan melakukan itu. ‘minum’ saya menganggapnya sebagai ritual yang sangat sakral, ritual yang akan memunculkan suasana kekeluargaan pada setiap botol dan setiap gelasnya.

Barangkali apa yang ada pada pikiran beberapa orang tentang ‘minum’ adalah kegiatan yang menjijikkan, kegiatan anak-anak nakal dan kegiatan yang tidak boleh dilakukan. Tapi saya tak mengamini itu, karena pada setiap tenggakan minuman itu ada sosok Tuhan yang selalu menyertai. Tuhan menciptakan banyak cara untuk membuat umatnya terpecah dan bersatu, dan saya menganggap kegiatan ‘minum’ adalah salah satu cara Tuhan untuk membuat umatnya bersatu.

Suatu malam, pada botol anggur saya dan teman saya menemukan suasana yang benar-benar akrab, bahkan kami bisa saling memberikan solusi untuk mengurangi beban yang kami tanggung. Dan saya ingat, salah satu teman saya benar-benar terinspirasi oleh sebotol beer, setiap harinya dipenuhi dengan botol beer. Dia mengatakan “Saya melihat wajahnya dalam sebotol beer.”. Setiap orang dengan pemikiran yang berbeda tentunya juga berbeda ketika melihat sebotol minuman.

Saya sempat ingin berhenti ketika saya menemukan kepercayaan pada diri seseorang yang berhasil memikat saya, tapi dia begitu saja hilang dengan alasan yang tak jelas dan akhirnya keinginan itu sedikit demi sedikit luntur. Dan apa yang dikatakan teman saya bahwa ‘minum’ adalah penyebab saya sakit bukan alasan yang tepat untuk membuat saya berhenti ‘minum’. Sutardji muda tidak akan bisa membaca puisi jika tak ada sebotol beer di sampingnya, begitu pula Rendra muda, dia sangat suka ‘minum’.

Di sini saya tak bermaksud untuk mengajak ‘minum’, tapi saya hanya mengutarakan kenapa saya ‘minum’ dan saya tidak bisa menghentikan kegiatan yang begitu menyenangkan itu. Oke, saya rasa tulisan ini bisa diakhiri walaupun masih banyak lagi yang bisa diceritakan tentang ‘minum’, karena sudah ada sebotol anggur di depan saya yang siap mengantarkan saya pada suasana kebersamaan yang sangat indah.[]