Rabu, 27 Maret 2013

Intan


Sepertinya hujan tidak akan turun hari ini. Udara begitu panas. Padahal dua hari yang lalu mendung selalu mengikuti denyut nafas kota Jember. Tak ada yang ganjil jika hujan tidak turun, karena waktu sudah menggusur musim hujan dan menggantikannya dengan musim kering. Tanah-tanah mulai mengering. Aspal menghembuskan panas. Debu-debu berterbangan tak tentu arah dan semakin membuat saya enggan makan di pinggir jalan. Tapi udara panas ini membuat para ibu bergembira, karena cucian mereka akan cepat kering.

Sore ini ketika menulis, semuanya terasa biasa saja. Kondisi sekretariat organisasi yang saya ikuti tetap menghamburkan bau yang sama, juga tetap berantakan seperti biasanya. Para mahasiswa tetap dengan kegiatan yang sama, mengobrol tentang mata kuliah dan dosen yang mengampunya, kadang juga tentang cinta yang tak pernah ada habisnya. Sandal kehilangan pasangannya. Sepeda terparkir tidak rapi. Anak-anak UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang bermain laptop dengan sambungan wifi fakultas dan pohon-pohon tak bosan-bosannya menari bersama angin. Tapi kursi yang saya taruh di depan sekretariat mulai reot. Saya lupa bilang pada anak-anak bahwa kursi itu harus diperbaiki terlebih dahulu.

Kampus, tak ada yang perlu diulang untuk diceritakan. Setiap hari mempunyai keadaan yang sama, hanya mungkin suasana yang sedikit berbeda. Kadang banyak mendung di muka mahasiswanya. Kadang juga wajah itu menyembulkan sinar seperti matahari. Siang selalu babak belur di kampus. Sedang malam menjadi suasana yang jelita. Suasana yang memberikan kontemplasi pada setiap mahasiwa.

Saya tak pernah tertarik menulis tentang kampus, tapi entah mengapa suasana kampus sekarang menhidupkan semangan menulis saya yang sempat redup. Dan suasana kampus sekarang juga mengingatkan saya pada pandangan pertama saya pada seorang wanita yang sekarang menjadi lembaran puisi saya. Sore ini juga adalah sebentuk perpisahan dengan salah satu anggota organisasi yang saya ikuti, Adik perempuan saya yang begitu getol membicarakan agama dan kebebasan mahasiswa. Intan begitu dia biasanya dipanggil. Seorang wanita dengan wajah arab oriental. Dia harus menuruti permintaan orang tuanya untuk pindah kuliah ke Malaysia. Dia tidak membicarakan alasan kenapa dia harus pindah, dia hanya datang ke sekretariat dengan wajah layu dan mengantongi ucapan selamat tinggal karena dini hari nanti dia harus sudah mengudara dari Jember ke Jakarta.

Intan adalah seorang wanita yang kuat, walaupun kadang dia juga harus tersungkur terlebih dahulu untuk melewati sesuatu. Saya ingat pernah berdebat tidak penting dengan Intan mengenai agama dan saya begitu tertarik pada obrolan itu, sayangnya tak ada lanjutan untuk obrolan kecil di sekretariat itu. Revolusioner begitu kata kawan-kawan ketika Intan berbicara. Ada yang tak pernah selesai. Ada semangat yang membara dan menggebu pada setiap kalimat yang dia ucapkan. Intan selalu mempertahankan apa yang dia katakana, kadang juga berlebihan sampai-sampai dia sulit menerima pendapat orang lain, tapi itulah Intan; seorang perempuan dengan wajah arab dan semangat yang tak pernah padam. Sayang sore ini dimatanya ada hujan yang tertahan.

Intan, kami tidak akan lupa dengan semangatmu, dengan kehadiranmu yang ceria juga dengan kalimat-kalimat revolusionermu. Kamu akan tetap menjadi anggota LPMS-Ideas dan kamu akan menyisakan bau di sekretariat ini. Semoga kuliamu di universitas barumu nanti menyenangkan dan semoga kamu menemukan teman yang menyenangkan. Jaga semangatmu adikku, jangan lupa jaga kesehatan, tetap melawan dan jangan lupa baca buku.[]

Sabtu, 16 Maret 2013

Menulis dan Hobi Pelupa


Namaku bukan Sherlock Holmes yang hobinya mengetahui apa yang orang lain tak tahu. Namaku Sadam Husaen punya hobi pelupa. Gara-gara hobi yang satu ini saya seringkali bernasib sial. Mengumpulkan tugas kuliah di hari yang salah, menyebut nama yang salah pada gadis cantik, dan tidak mengerjakan satu soal pun saat ujian, kadang juga lupa jalan pulang.

Saya harus menemukan siasat khusus untuk mengatasi hobi yang satu ini, atau lebih tepatnya masalah satu ini. Awalnya saya menyiasati dengan mengulang-ngulang nama orang bila baru pertama kali mengenalnya. Sayangnya, saya masih lupa juga. Dari hobi satu, muncullah hobi lainnya. Mulailah saya selalu membawa catatan kecil dan pena untuk menuliskan apa saja, baik nama kawan baru, jadwal kuliah, dan tempat-tempat yang saya singgahi. Katanya sih, menuliskan kembali bisa membuat ingatan kita lebih sempurna.

Dari hobi pelupa, saya jadi hobi menulis, termasuk mencatat saat dosen sedang ceramah di depan kelas, nama-nama berikut ciri-ciri fisiknya. Ada benarnya. Saya tak pernah salah sebut nama pada orang lain. Saya juga bisa mengerjakan soal ujian, jika sebelumnya sering tak satupun soal yakin dikerjakan dengan benar sekarang ada peningkatan. Setidaknya satu dua soal yakin terjawab dengan benar. Saya juga selalu mengumpulkan tugas kuliah pada hari yang benar.

Satu lagi, karena terbiasa mencatat saya jadinya kecanduan untuk menulis. Sekarang saya tak nyaman rasanya bila satu hari saja tak menulis. Selain membuat blog, kadang saya coba-coba kirim tulisan di media massa. Lumayan, ada satu dua yang dimuat.[]