Ramadhan baru saja usai. aku ingin sekali keliling kampung yang sudah
lama kutinggalkan.
Menemui orang-orang agar mereka memaafkanku. Di dalam rumah, aku
melihat kedua orang tuaku menjelma sungai. Yang hilirnya tak bisa kutemukan. Bagaimana
aku bisa memeluk dan meminta maaf jika kedua orang tuaku telah menjadi arus?
Bagaimana aku bisa memegang dan mencium tangan mereka yg telah menjadi air?
Aku berpikir harus terjun ke sungai itu, lalu menerjang arusnya. Tapi
aku bukan salmon. Dan salmon tak pernah mau menjadi diriku. Salmon tak pernah
merayakan lebaran. Tak pernah saling memaafkan. Orang tuaku tetap menjelma
sungai, arusnya semakin deras. Seperti sedang menggoncang pikiranku. Aku
kembali berpikir tak mungkin aku melompat dan menerjang arus itu.
Aku bukan seorang yang pandai berenang. Aku sangat yakin. Aku tak
mungkin mampu melawan arus seperti salmon. Tapi sungai itu adalah orang tuaku.
Yang menjelma saat lebaran. Aku tetap harus memeluk mereka. Dan akhirnya aku
tetap memeluk mereka. Lalu aku tenggelam. Biarkan aku tenggelam dalam-dalam.
Biarkan aku hanyut di arus sungai yang serupa suara tangisan.
28/07/2014
;di hari raya yang senyap