Desember
adalah bulan dimana kita dipaksa menunggu. Menunggu sesuatu yang baru, entah
itu baik atau buruk. Desember adalah bulan dimana kita harus bersedih mengenang
yang telah kita lewati di november, oktober, dan bulan yang lain. desember
mungkin sama halnya dengan kenikmatan ketika kita menjadi seorang pembunuh
bayaran yang berhasil menggorok leher target kita.
Tapi di
bulan desember ada yang terlupa, ketika kita harus melepas tahun dan umur yang
setiap tahun berkurang. Dan seperti kata Goenawan Mohammad “Ada yang berulang,
tapi tak terasa sebagai repetisi dari hal yang identik” karena di setiap
desember kita dipaksa mengulah hal yang serupa tapi tak pernah sama.
Dan di
desember kita bersiap menjemput kesedihan yang baru.
Dan akhirnya saya dan teman-teman bermain saya berhasil menyelesaikan sebuah proyek yang kita namai Babebo Zine (atau mungkin bisa jiga tidak disebut zine).
Untuk sementara karena keluarga Babebo belum mempunyai blog sendiri, maka para agan-agan penggila zine ataupun yang suka dengan gambar-gambar geje dan tulisan tulisan geje silahkan download Babebo Zine di blog saya.
Kupilih cara mencintaimu
dengan sederhana
sesederhana air yang mengalir deras
sesederhana
udara yang berhembus lembut
sesederhana api yang merah membara
sesederhana
tanah tempat kita kembali
kupilih cara mencintaimu dengan
sederhana
karna kita siap mencipta dunia dengan rasa !
Mungkin saya berkaca ada
efek rumah kaca yang mengatakan dalam lagunya bahwa “jatuh cinta itu biasa saja”, karena saya mulai bergulat lagi dengan sesuatu
yang diberi nama cinta ini.
Mungkin “jatuh” memang sakit, tapi ika kita punya saya, kemungkinan “jatuh” itu pasti akan berkurang.
Begitu pula
dengan “jatuh
cinta” menurut saya, karena tak ada salahnya juga kita memandang cinta sebagai sesuatu yang
sakral untuk mengakhiri sebuah kiasan dalam hidup.
Dan mengapa saya berkaca kepada efek rumah kaca,
karena saya mengangga bahwa jatuh cinta itu biasa saja, kita hanya perlu mencitakan dunia kita sendiri agar cinta kita
tetap utuh
dalam hati kita
Seseorang telah berhasil
mengembalikan “diri” saya dan saya menemukan sesuatu yang lain dalam diri Santi
yaitu “kepercayaan”
Barangkali
efek rumah kaca benar dengan lagunya yang berjudu di udara saat rezim soeharto
dulu, tapi keadaan sekarang berbeda, semua bebas menyerukan pendapat tanpa dihadapkan
kepada teror dan ancaman yang lainnya, tapi kebebasan itu sepertinya hanya
sia-sia karena pemerintah sekarang hanya menampungnya dan sepertinya sulit
untuk merealisasikannya.
Efek
rumah kaca mungkin ingin menyegarkan kembali pikiran pemerintahan sekarang
dengan lagu-lagu mereka. Efek rumah kaca adalah band indie yang sudah atau
mungkin sedikit terkenal di kalangan remaja. Band yang digawangi oleh cholil
mahmud dan kawan-kawan ini memang sudah lama terbentuk, tapi sepertinya mereka
kurang digandrungi oleh remaja zaman sekarang karena lirik lagu mereka yang
kurang mendayu-dayu seperti yng diinginkan remaja jaman sekarang
Aku sering di ancam juga teror mencekam\\Kerap ku di
singkirkan sampai di mana kapan\\Ku bisa tenggelam di lautan aku bisa di racun di
udara aku bisa terbunuh di trotoar jalan\\Tapi aku tak pernah mati tak akan
berhenti
Kurang
lebih seperti itulah lirik lagu di udara karya efek rumah kaca. Band-band
indie yang mendendangan lagu seperti ERK
agaknya sulit dinikmati oleh orang-orang jaman
sekarang khususnya remaja jaman sekarang yang menginginkan lagu yang
mendayu-dayu tentang cinta, yang mendendangkan perselingkuhan dan masalah cinta
lainnya.
Mungkin
remaja jaman sekarang hanya menyukai lagu-lagu cinta yang membuat
kuping geli bila mendengarnya.
Bagaimana tidak geli bila mendengarkan lagu-lagu band jaman sekarang ini yang
menceritakan bahwa selingkuh itu indah dan begini dan begitu. Tidak bermaksud menghakimi band-band yang mendendangkan
lagu perselingkuhan, tapi sepertinya remaja zaman sekarang seperti tersihir
dengan cerita yang tidak patut ditiru dalam bungkusan nada-nada yang
mendayu-dayu. Dan yang membuatnya menjadi aneh adalah remaja zaman sekarang mengatakan
bahwa lagu itu sama seperti nasib mereka.
Sebagian
remaja yang mengatakan bahwa lagu itu sama seperti nasib mereka itu mungkin
salah, yang bisa diterima nalar mungkin sebaliknya, bahwa mereka yang
terpengaruh oleh lagu itu. Yang dicari remaja sekarang bukan lagi lagu yang
membawa misi kebebasan tapi lagu yang membawa misi bahwa selingkuh tiu
menyenangkan dan bercinta adalah segala-galanya di dunia ini.
Band-band
yang membawakan lagu perselingkuhan dan percintaan ini memang berhasil
menggedor pagar permusikan indonesia, tapi mereka tidak menengok apa akibat
dari lirik-lirik lagu mereka terhadap pendengarnya, apalagi terhadap remaja
yang masih labil pemikirannya. Remaja-remaja itu mungkin saja bisa menirukan
lirik lagu perselingkuhan itu dengan bangganya, padahal dia tahu bahwa hal itu
bisa di sebut “nakal”, tapi karena lagu yang mereka dengarka dan mereka tiru
adalah lagu band yang sedang digandrungi saat ini, mereka mungkin tidak
memikirkan apakah efeknya untuk mereka.
Zaman
mungkin memang mempengaruhi selera para remaja, tapi apakah zaman juga telah
mengubah jalan pikiran mereka? Mungkin memang iya, karena dalam kehidupan
remaja sekarang permasalahan cinta ada dalam peringkat paling atas. Seperti
halnya lagu cinta yang menduduki peringkat paling atas dalam deretan lagu
paling disukai remaja.
Sementara
remaja sedang sibuk dengan lagu-lagu mendayu yang mereka sukai, di belakang
mereka pasar siap menerkam mereka dengan produk-produk lain yang kurang lebih
akan merebut setengah hati mereka. Pasar memang tak pernah kekurangan cara
untuk memikat konsumen mereka, label musik pun termasuk di dalamnya.
Barangkali
efek rumah kaca, marjinal, dan the upstairs benar dengan mempertahankan
ideologi mereka, karena mereka akan tetap hidup dalam ideologi mereka walaupun
pasar kurang menerima lagu-lagu mereka. Tapi mereka mungkin telah memperkirakan
apa yang akan terjadi selanjutnya jika mereka tetap mempertahankan ideologi
mereka, maka mereka berani mempertahankan tanpa menoleh ke belakang.
Di
saat para remaja asik mendengarkan lagu yang menyihir mereka, indonesia sedang
dirasuki bencana.
Bagaimana jika patung Liberty mengeluh kepada anda?
Mungkin Liberti bukanlah dewi yang tak gampang mengeluh, karena dia adalah dewi kemerdekaan yang dihadiahkan rakyat Perancis kepada rakyat Amerika.
Barangkali Liberty adalah dewi kemerdekaan Amerika yang betah sekali dengan kesendiriannya, Liberty yang harus di pak di Perancis untuk dikirim ke Amerika dan di Amerika Liberti harus berdiri sendiri dan hanya dijadikan tontonan.
Sesungguhnya, apalah arti liberti sesungguhnya bagi rakyat amerika?
Apakah tempat pariwisata ataukah lambang kemerdekaan mereka yang ke-100 yang susah payah di buat oleh Frederic-Auguste Bartholdi.
Barangkali kita memang harus menundukan kepala ketika kita dinasehati oleh orang tua kita, tapi terkadang itu menjadi sebuah beban ketika kita ditekan habis-habisan.
Memang hidup itu seperti kata Chairil Anwar yang hanya menunda kekalahan, tapi kita masih bisa berusaha sebelum kekalahan itu datang kan?
Rendra pernah juga bermemoar tentang wanitanya yang hilang, tapi sebelum kehilangan wanitanya mungkin dia sudah bercinta dengan wanitanya.
Dan nasehat orang tua pun akan menjadi memoar sebelum kita menjemput kekalahan kita besok.
Yah memang patut kita bertanya apa arti kemerdekaan negara kita Indonesia yang ke 66 ini, mungkin bagi sebagian orang kekerdekaan adalah sebuah kebebasan dari negara lain, tapi setelah bebas apakah kita akan sejahtera? kita masih bisa melihat para pengemis dan para pemulung yang sliweran di jalan, apakah itu artinya sejahtera?
Barangkali kita bisa mengamini sajak Taufik Ismail yang berjudul "malu aku menjadi orang Indonesia" karena dengan rasa malu itu kita akan berusaha membangun kemerdekaan Indonesia yang sesungguhnya.
"seorang penjaga gawang adalah seorang yang mengerti tentang kesendirian" saya setuju dengan kata-kata Goenawan Mohammad dalam sebuah essainya yang berjudul Gawang, yang dimaksud GM diessainya mungkin bukan cuma penjaga gawang yang selalu ditinggal sendirian ketika timnya menyerang dah harus bertahan sendiri ketika timnya terkena serangan. yang saya ambil dari essai GM ini adalah kehidupan manusia yang seperti penjaga gawang karena setiap manusia mempunyai kehidupan bak gawang yang harus dijaga.
Barangkali kesendirian memang perlu dalam hidup ini, karena dalam kesendirian kita bisa menyimpan sebuah kebahagiaan yang bisa kita keluarkan setiap hari.
"seorang penjaga gawang adalah seorang yang mengerti tentang kesendirian, dan kadang sunyi" semoga kita bisa menciptakan kesendirian kita bukan sebagai musuh tetapi sebagai sebuah kontemplasi hidup.
Sabtu, 06 Agustus 2011
Puisi Terakhir Rendra Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit
atau gatal
Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar
Aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi
Aku ingin kembali pada jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah
Tuhan, aku cinta padamu
Siapa tak kenal Willibrordus Surendra Bawana Rendraatau Wahyu Sulaiman Rendra di dunia drama dan persajakan, penyair yang rela mempertaruhkan hidupnya pada puisi-puisinya yang berisi kritik sosial. Penyair yang dijuluki Si Burung Merak ini meninggal pada 6 agustus 2009, dua hari setelah kematian temannya yaitu Mbah Surip.
Walaupun dia dirawat di rumah sakit tapi dia tetap bisa berkarya dan mungkin dia tidak tahu jika puisi yang dia tulis sambil berbaring di rumah sakit itu adalah puisi terkhirnya.
WS Rendar masih hidup sampai sekarang di dalam puisi-puisinya yang masih lekat dalam dunia sastra. Selamat jalan Burung Merak, semoga puisimu selalu bisa memberikan semangat untuk sastra di Indonesia
Apa arti sebuah keanehan untuk anda? yah pertanyaan yang mungkin gampang dijawab, tapi bagaimana jika anda dianggap aneh oleh lingkungan sekitar anda? yah memang keanehan kadang menjadi sebuah keunggulan untuk kita, seperti saya yang selalu dianggap aneh oleh lingkungan saya, padahal saya tidak merasa aneh ketika saya jarang mandi dan suka menyendiri.
kadang kita memang harus menanggung beban yang berat atas kelakuan kita, tapi jadikan itu semua sebuah keunggulan kita. Selamat berpuasa!
Beberapa
hari ini saya menerima banyak sekali pesan di handphone saya yang menyerukan permintaan maaf karena sebentar lagi
bulan ramadhan akan datang. Entah apa yang ada di pikiran mereka yang
mengirimkan pesan itu kepada saya, karena saya tidak membalas pesan-pesan itu,
tidak bermaksud untuk menyombongkan diri atau tidak menghormati Tuhan dan
datangnya bulan ramadhan, tapi menurut saya permintaan maaf melalu alat
komunikasi seperti handphone itu
kurang begitu sopan (apabila tidak ada keperluan yang mendesak). Mengapa kita
tidak bilang langsung ketika kita berjumpa. Kemunculan handphone memang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia di abad
ke 20 ini, bagaimana tidak hampir separuh hidup kita tergantung oleh alat yang bisa
“membodohi” kita setiap saat itu. Seperti salah satu teman saya yang mengatakan
bahwa semua rahasianya ada di dalam handphonenya.
Saya
di sini tidak bermaksud membahas alat yang setiap hari kita pegang itu (handphone), tapi saya bermaksud untuk
membahas datangnya bulan ramadhan dengan diiringi oleh pesan-pesan permintaan
maaf di handphone.
Perlukah
permintaan –hanya- sebelum bulan ramadhan tiba? Bukan kah kita setiap hari
perlu mengucapkan permintaan maaf?
Yah,
tradisi meminta maaf sebelum bulan ramadhan ini mungkin sulit untuk di lepaska
untuk pemeluk agama Islam. Tapi apakah tidak menjadi kesalah kaprahan ketika
kita hanya mengucapkan permintaan maaf –hanya-ketika bulan ramadhan datang dan hari
raya idul fitri? Kesalahan itu terus menerus dilakukan setiap tahun tanpa ada
teguran dari siapapun.
Dengan
alasan “kebali ke fitri” kita melaksanakan adat bermaaf-maafan hanya di bulan
ramadhan dan di hari raya idul fitri, padahal kita mungkin bisa saja meminta
maaf sebelum hari itu (hari raya idul fitri) tiba. Tuhan tidak akan menunda belas kasihannya sampai hari raya idul
fitri, karena setiap hari kita di awasi oleh-Nya.
Mungkin
adat bermaaf-maafan setiap hari raya idul fitri dan sebelum ramadhan tiba bisa
kita rubah berawal dari diri kita sendiri, karena minal aidzin wal faidzin bukan hanya milik hari raya saja. Tapi mungkin
kita tidak bisa menghilangkan adat bermaaf-maafan ketika hari raya idul fitri,
tapi kita bisa mengucapkan kata maaf setiap hari kan.
Tak seperti biasanya, jalanan Porong yang biasanya macet hari itu rabu (20/07) lenggang dan lancar tanpa ada gangguan kemacetan. Kemacetan yang biasanya mengganggu perjalanan kita ketika melewati porong memang membuat beberapa orang emosi, apalagi bagi penumpang yang sedang terburu-buru.
Tapi para pedagang asongan dan pedagang keliling seperti mendapat beban yang sangat berat, wajah mereka lesu terlihat tak bersemangat. Ternyata kelancaran lalu lintas membuat pekerjaan mereka terhambat dan penghasilan mereka menurun. “Kalau tidak macet, jualan kita tidak bisa laku soalnya tidak ada kendaraan yang berhenti untuk membeli dagangan kita”. Ujar Pak Nursalim seorang pedagang minuman. Ternyata kelancaran lalu lintas benar-benar berpengaruh terhadap penghasilan mereka sehingga mereka harus bekerja hingga larut malam demi segenggam beras untuk keluarga mereka.
images from google : kemacetan yang biasa terjadi di sekitar porong
Beberapa kondektur bis yang sudah kenal dengan beberapa pedagang asongan juga tak bisa berbuat apa-apa karena mereka harus mengejar setoran bis mereka. Bukan hanya Pak Nursalim yang merasa penghasilan mereka menurun, ada Ibu Wagirah yang harus rela berjualan hingga jam 11 malam agar bisa membeli susu bagi anaknya ketika lalu-lintas di sekitar Porong lancar. “Biasanya kalau macet jam empat sore sudah habis dagangan saya mas, tapi kalu lancar gini yah harus nunggu sampai dagangan habis baru bisa pulang”.
Kelangsungan hidup para pedagan asongan memang tergantung pada laku atau tidak lakunya dagangan mereka, jadi mereka harus merelakan waktu tidur, dan bersantai mereka agar dagangan mereka habis. Kemacetan yang sering terjadi diporong disebabkan oleh perbaikan tanggul semburan lumpur Lapindo. Kemacetan terjadi hampir setiap hari di daerah itu, sehingga mengakibatkan banyak permasalahan seperti : telatnya kedatangan kereta, kecelakaan dan kejadian lalu lintas lainya.
images from google : seorang ibu-ibu yang sedang berjalan di atas tanggul semburan lumpur lapindo
Semburan lumpur yang di akibatkan karena meledaknya pipa gas Lapindo tidak hanya berdampak pada kemacetan di sekitar Porong, tapi juga mengakibatkan rumah-rumah penduduk teggelam oleh semburan lumpur. Protes besar-besaran yang digalang warga dan dibantu oleh Organisasi-Organisasi setempat untuk menyudutkan Bakrie selaku pemilik Lapindo, tapi hal itu hanya membuahkan hasil yang tidak memusaskan karena banyak warga yang mengaku ganti rugi yang diberikan oleh pihak lapindo tidak sepadan dengan kerugian yang mereka derita.
Meledaknya pipa gas lapindo adalah kejadian yang luar biasa di Indonesia, karena sampai sekarang semburan itu belum juga berhenti dan penanggulangan yang dilakukan hanya sebatas membuat tanggul setinggi-tingginya di sekitar pusat semburan.
Semburan lumpur Lapindo tidak hanya menjadi sebuah bencana alam yang merugikan tapi untu beberapa orang yang pintar memanfaatkannya, itu bisa menjadi lumbung uang yang lumayan.
Hari Haran adalah seorang pelajar yang pandai tetapi miskin. Ia ingin ke ibukota untuk mengikuti ujian, tapi ia tidak punya uang. Ia mencoba mencari pekerjaan kesana kemari tidak ada yang menerimanya. Padahal waktu ujian sudah semakin dekat.
Suatu hari dalam perjalanannya mencari pekerjaan, ia melihat seorang laki-laki tergeletak di tengah jalan. Sepertinya ia sedang mengerang kesakitan. Laki-laki itu terluka. Wajahnya berdarah-darah. Tangan dan kakinya lebam-lebam.
“Apa yang terjadi pada Bapak?”
“Aku dirampok, tolong, aduh....” setelah mengucapkan kata-kata itu, bapak tua itu pingsan. Hari Haran yang yatim piatu segera membawanya pulang ke rumah dan merawatnya hingga sehat kembali. Sekarang Pak Krisnamurti, demikian nama bapak itu, itu ingin pulang ke rumahnya.
“Terimakasih anak muda. Siapa namamu?”
“Hari Haran.”
“Hari Haran, sebenarnya aku ini pedagang bakpau. Beberapa hari lalu aku berniat membeli bahan dagangan, tapi aku dirampok. Seluruh anak buahku melarikan diri. Untung kau lewat, jika tidak, mungkin aku sudah mati. Terimalah ini sebagai ucapan terima kasihku,” Pak krisnamurti itu beniat memberi Hari Haran uang, tapi Hari Haran menolaknya.
“Maaf Pak, saya ikhlas menolong, tidak ada keinginan memperoleh imbalan. Sudah kewajiban kita sebagai sesama manusia untuk saling menolong.”
Pak Krisnamurti kagum dengan sikap rendah hati Hari Haran. Ia ingin menjadikan anak muda itu sebagai penjaga salah satu toko bakpaunya.
“Bagaimana kalau kau ikut saja ke ibukota. Kau bisa menjaga salah satunya. Bukankah kau sedang membutuhkan biaya untuk ujian?”.
“Jika bapak mengijinkan, saya akan ikut.” Akhirnya Hari Haran mengikuti Pak Krisnamurti dan diberi amanat menjaga salah satu cabang tokonya yang baru berdiri. Ternyata nama toko Pak Krisnamurti sudah tersohor dimana-mana sehingga orang-orang tidak meragukan lagi kualitas bakpau yang dijualnya. Tapi karena toko yang dijaga Hari Haran masih baru, maka pembelinya belum seberapa banyak. Hari Haran lalu rajin berpromosi dan selalu ramah melayani pembeli yang datang. Ia selalu tersenyum meski kadang ada pembeli yang cerewet. Orang-orang jadi puas dengan pelayanan dari Hari Haran. Tiap hari toko selalu ramai dikunjungi orang-orang yang ingin menikmati lezatnya bakpau. Bahkan orang dulunya tidak suka bakpau menjadi penasaran dan akhirnya mencoba membeli.
Pak Krisnamurti senang sekali memiliki karyawan Hari Haran. Pemuda itu tidak hanya cermat dalam berdagang, ia pun jujur. Tak hanya itu, Hari Haran juga bersemangat tinggi dalam meraih cita-citanya. Jika siang hari ia sibuk di toko, waktu malam ia gunakan untuk membaca buku. Pak Krisnamurti juga tahu, Hari Haran selalu menabung uang upahnya dan tidak berfoya-foya membeli suatu yang tidak ada gunanya.
Tapi sayang, lalu negara di landa krisis moneter. Semua harga naik, BBM juga naik. Orang-orang jadi berhemat dalam belanja. Toko bakpau Pak Krisnamurti pun terkena dampaknya, jadi sepi pembeli. Begitupun toko yang dijaga Hari Haran. Padahal jumlah bakpau yang dijual sudah dikurangi, tetapi ada saja tiap hari yang tak terjual dan akhirnya mubazir basi.
Suatu hari, Hari Haran sedang terkantuk-kantuk di tokonya yang sepi ketika seorang nenek-nenek datang bersama seorang cucunya yang sedang menangis.
“Apakah kau yang bernama Hari Haran ?”
“Iya Nek, kenapa?”
“Kata orang kau sangat baik hati.”
“Ah Nek, biasa saja, Jangan memujiku seperti itu, nanti aku menjadi sombong. Allah tidak suka orang yang sombong. Apakah nenek mau beli bakpau?”
“Ya, cucuku ingin sekali makan bakpau, tapi aku tidak punya uang.” Nenek itu memelas, “Maukah kau memberiku sebuah saja.”
Tanpa banyak bicara Hari Haran segera membungkus 5 buah bakpau dan memberikannya pada cucu si nenek.
“Nah, terimalah adik kecil. Bakpau yang enak isi keju, kau pasti suka.”
“Tidakkah itu terlalu banyak? Apa kau tidak akan dimarahi pemilik toko?
Berapa aku harus membayar”
“Tidak usah bayar Nek. Nenek tenang saja. Anggap saja ini hadiah dariku.”
“Kalau begitu aku bayar pakai ini saja.” Sang nenek mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya, ternyata sebuah uang dari kereweng yang dibentuk bulat.
“Anggaplah ini juga hadiah dariku.”
Hari Haran Cuma tersenyum, tapi diterimanya saja uang kereweng dari sang nenek yang segera mengajak cucunya pergi. Sepertinya cucunya sangat senang mendapatkan bakpau yang diinginkannya. Hari Haran segera menyimpan uang dari nenek itu ke tabungannya.
Ternyata keesokan harinya nenek itu datang lagi. Dan lagi-lagi ia meminta bakpau dan menukarkanya dengan uang kereweng. Lusanya pun ia datang lagi. Tiap hari dia datang. Tapi Hari Haran selalu dengan senang hati memberi bakpau padanya meski ia harus mengganti uang pembayaran bakpau dengan uangnya sendiri. Ia sudah cukup bahagia bisa berbagi dengan nenek dan cucunya itu. Dan selalu nenek itu berdo’a untuknya ketika hendak pergi.
“Semoga Allah membalas budi baikmu.”
“Amin.”
Sehingga terkumpullah uang kereweng pemberian si nenek dalam tabungan Hari Haran. Sampai ahkirnya suatu ketika tibalah waktu ujian dan Hari Haran harus pergi mengikutinya. Dengan berat hati ia mengatakan pada si nenek.
“Nek, mulai besok aku tidak berjualan, tapi digantikan orang lain. Aku harus ikut ujian.”
“Tapi apa aku masih boleh membeli bakpau dengan uang kereweng?”tanya si nenek sedih.’Nek mulai besok aku tidak berjualan sementara digantikan orang lain. Karena aku harus mengikuti ujian di ibukota.”
“Apakah aku masih boleh membeli bakpau dengan uang kereweng?”
“Jangan Nek penjualnya bisa marah. Begini saja ini aku ada uang. Nenek pakai saja uang ini untuk membeli bakpau selama aku pergi.” Hari Haran menyerahkan sebagian uangnya tabungannya pada si nenek. Nenek menerimanya dengan gembira.”Nah Nek do’akan aku lulus ya.”
“Tentu saja Hari Haran aku akan selalu mendoakanmu.”
Maka begitulah Hari Haran segera berangkat ke ibukota Dia harus berada disana satu minggu lamanya. Pak Krisnamurti memberinya sedikit uang untuk bekal. Semula Hari Haran menolak tapi Pak Krisnamurti bersikeras, ia berharap Hari Haran bisa lulus dengan nilai yang terbaik. Sementara Hari Haran menitipkan kaleng tabungannya yang berisi uang kereweng pada Pak Krisnamurti.
Setelah seminggu mengikuti ujian tiba-tiba Hari Haran mendengar kabar buruk. Toko bakpau Pak Krisnamurti yang terbesar dilahap si jago merah hingga tak bersisa. Karena sedih memikirkannya, Pak Krisnamurti jadi sakit keras. Mendengar berita itu Hari Haran jadi bingung ia ingin menjenguk Pak Krisnamurti tapi ujiannya baru akan selesai seminggu lagi. Ketika ujian selesai bergegas ia pulang ke rumah Pak Krisnamurti. Ternyata penyakit Pak Krisnamukti begitu parah. Ia sudah berobat kesana kemari tapi belum ada obat yang bisa menyembuhkannya. Demi biaya pengobatan Pak Krisnamurti sudah menjual semua tokonya. Pak Krisnamurti menjadi sangat miskin sekarang.
Hari Haran ingin membantu tapi ia juga tak punya uang. Tabungannya sudah habis untuk membayar biaya ujian. Padahal ia sudah menganggap Pak Krisnamurti sebagai ayah sendiri. Sedih rasanya melihatnya kurus kering tergolek di tempat tidur tak mau makan dan minum.
Hari Haran diberitahu seorang temannya yang juga mengikuti ujian bahwa ada seorang tabib dari negeri seberang yang bisa mengobati segala penyakit. Ia memberitahukannya pada Pak Krisnamurti.
“Hari sebenarnya aku sudah mendengarnya juga. Aku ingin kesana tapi aku tak punya uang lagi. Aku ingin memakai uangmu, tapi kaukan tidak ada. Jadi aku menunggumu pulang untuk minta izin”
Hari Haran terkejut mendengar kata-kata Pak Krisnamurti. Seingatnya ia sudah tidak punya uang tabungan lagi.
“Tetapi saya tidak punya tabungan apapun.”
“Apa kau lupa kau telah menitipkan tabunganmu padaku? Aku masih menyimpan tabunganmu itu. Bolehkah aku meminjamnya untuk berita berobat. Jika nanti aku sehat kembali aku berjanji akan mengembalikannya.” Hari Haran jadi bingung. Ia ingat bukan uang yang ada dalam kaleng tabungannya tapi uang kereweng yang dikumpulkannya dari nenek yang meminta bakpau.
“Tapi....“
“Aku masih menyimpan tabunganmu di bawah kolongku, ambillah.”Pak Krisnamurti menyuruh Hari Haran mengambil kaleng dari kolong tempat tidurnya. Hari Haran bingung, bagaimana nanti komentar Pak Krisnamurti mengetahui isi tabungan itu hanyalah uang kereweng tentu ia akan sangat malu sekali.
Hari Haran dengan gemetar mengambil kaleng tabungannya yang terasa lebih berat dibanding ketika ia menyerahkannya pada Pak Krisnamurti dulu. Sambil menahan nafas ia membuka tutup kaleng tabungannya dan langsung terkejut. Ia sampai terbelalak melihat isinya. Bukan kereweng tapi koin-koin emas yang berkilauan.
“Aku heran kau bisa menabung begitu banyak.”Kata Pak Krisnamurti. Hari Haran hanya diam. Dalam hati ia mengucap syukur pada Allah yang Maha Kuasa. Pasti Dialah yang melakukan ini. Dia mengganti apa yang diberikan Hari Haran pada nenek peminta bakpau itu dengan yang lebih banyak
“Ya Pak. Semoga ini bisa dipakai bapak berobat dan bapak bisa sembuh seperti sediakala.”
Ahkirnya dengan koin-koin emas itu Pak Krisnamurti berobat ke tabib. Ia sembuh dan bisa kembali merintis usaha bakpau yang sempat bangkrut. Sementara Hari Haran juga berhasil lulus dengan nilai terbaik. Ia diangkat menjadi pegawai di ibukota.
Tapi sayang ketika Hari Haran mencari keberadaan sang nenek dan cucunya yang dulu suka meminta bakpau, tapi ternyata tak seorangpun yang mengaku mengenalnya.