Dalam bukunya yang berjudul Kretek: The Culture And Heritage Of Indonesian’s Clove Cigarette, Mark Hanusz mejelaskan bahwa kretek bukanlah rokok karena antara kretek dan rokok itu berbeda. Apa bedanya antara rokok dan kretek? bukankan sama-sama mengeluarkan asap jika disedot?. Pertanyaan itulah yang muncul ketika salah seorang teman saya melihat sticker yang bertuliskan “kretek bukan rokok” di sebuah vespa yang sedang parkir di tempat kami sedang asik menyerutup kopi. Banyak memang orang Indonesia yang menafsirkan bahwa, rokok filter itu menggunakan semacam busa untuk menghisap. Sedangkan kretek tidak ada busa penghisapnya –termasuk teman saya tadi–. Sebenarnya penafsiran seperti itu keliru, karena hampir semua rokok merek Indonesia yang berfilter maupun tidak tetap disebut kretek, kita perhatikan saja disetiap bungkus rokok –yang berfilter maupun tidak– merek Indonesia selalu bertuliskan sigaret kretek atau cigarettes kretek yang dalam bahasa indonesianya berarti rokok kretek.
Kenapa kretek bukan rokok? karena antara rokok dan kretek mempunyai perbedaan, antara lain : dalam cita rasa rokok kretek adalah cita rasa orang Indonesia asli karena kretek dipercayai dibuat pertama kali oleh orang Indonesia, yang notabene mengenal rokok setelah orang luar negeri, karena yang pertama kali membawa tembakau ke Indonesia adalah bangsa Barat pada saat perdagangan berlangsung di Indonesia. Itu juga menjadi salah satu sebab musabab bangsa Barat menjajah Indonesia, ladang tembakau yang melimpah mencolok mata para punggawa negeri Barat untuk menjajah Indonesia. Pebedaan berikiutnya dari bahan racikan, mungkin ini yang menjadi pembeda paling signifikan antara rokok merek luar negeri atau yang sering kita sebut sebagai rokok putih dengan rokok kretek. Rokok kretek dibuat dengan bahan campuran antara tembakau dan bunga cengkeh.campuran cengkeh inilah yang membuat rokok kretek menjadi khas milik Indonesia, karena tanaman cengkeh adalah salah satu tanaman asli dari Ibu Pertiwi kita, sedangkan rokok putih dibuat hanya dengan bahan tembakau Virginia yang juga di ekspor dari Indonesia. Dan yang paling khas adalah bunyi “kretekk..kretekk.”. yang dihasilkan saat kita menghisap rokok kretek karena campuran bahan cengkeh dalam rokok kretek.
Rokok kretek sebenarnya sudah mendarah daging dengan budaya Indonesia, sebut saja kisah Rara Mendhut yang ditulis oleh Ki Patraguna pada tahun 1791. Dalam kisah Rara Mendhut diceritakan bahwa Roro Mendut dibebani pajak oleh Tumenggung Wiraguna sebesar tiga real sehari yang disebabkan cinta Tumenggung Wiraguna ditolak oleh Roro Mendut. Lalu untuk membayar pajak yang dibebankan oleh Tumenggung Wiraguna maka Roro Mendut mencoba untuk memproduksi rokok. Alhasil rokok produksi Mendut diserbu peminat khususnya kaum pria, dan salah satunya adalah Pranacitra yang kemudian menjalin cinta dengan Mendut.(Legenda Roro Mendhut). Setelah kisah Roro Mendhut ada seseorang asal kudus yang mencoba meracik campuran tembakau dengan cengkeh untuk mengobati penyakit asmanya, dia adalah Haji Djamahri. Hasil racikan Haji Djamahri yang akhirnya mengawali lahirnya benih rokok kretek. Lalu setelah Haji Djamahri meninggal Nitisemito melanjutkan pemroduksian produk rokok kretek ini dalam sekala besar. Rokok juga menjadi pemererat persaudaraan di pedesaan-pedesaan saat diadakan upacara tradisional ataupun hanya sekedar perekat pergaulan saat minim kopi.
Mungkin kisah cinta roro mendhut dan perjuangan Haji Djamahri bersama Nitisemito itu bisa menjadi tolok ukur untuk kita mengagas kretek sebagai puasaka atau budaya asli Indonesia, karena dulu gambar tembaku juga sempat muncul di uang pecahan Rp. 20.000. Bukan hanya itu, karena dengan mengakui kretek sebagai budaya asli Indonesia kita telah mengentas kemiskinan di Indonesia, dan membantu penghasilan Negara dari pajak cukainya. Bayangkan saja pajak cukai yang dihasilkan rokok di tahun 2010 yakni sebesar Rp 55,9 triliun*. Tapi sayangnya kalau kita hanya mengakui saja, lalu tak ada tindakan yang spesifik terhadap rokok kretek ini oleh pemerintah mungkin sama saja kita hanya obral omongan. Bisa kita lihat bahwa Saat ini Philip Moris telah membeli 98 persen saham Sampoerna dan juga Bentoel. Bisa kita bayangkan juga jika tidak ada tindakan dari pemerintah bisa jadi rokok kretek asli Indonesia ini akan menjadi milik warga asing, apakah kita bangsa Indonesia tidak kapok dengan diakuinya beberapa budaya Indonesia oleh Negara tatangga kita sendiri Malaysia.
Terbentuknya Komunitas Kretek ini bisa jadi langkah awal kita untuk membudayakan rokok kretek dan mempertahankan industri nasional yang telah menghidupi hampir separuh rakyat Indonesia yang menggantungkan diri bertani tembakau. Sebagai bangsa yang masih banyak menggantungkan diri dari industri impor, kita seharusnya membudidayakan tembakau dan sebagai bahan utama rokok kretek yang sekarang sudah merambah ke pasar internasional, karena industry rokok ini juga telah menyumbang banyak untuk perekonomian Indonesia. Mungkin tembakau bisa jadi ikon budaya 100% asli Indonesia, karena banyak masyarakat Indonesia yang tak bisa lepas dengan rokok, contohnya saja saya dan teman saya yang selalu lekat dengan rokok kapanpun dan dimanapun. Rokok bagaikan dewi yang turun dari langit untuk para perokok akut seperti saya, apalagi saat kita sendirian dan sedang menunggu, apalagi teman kita selain rokok.
Sempat juga MUI mengeluarkan fatwa haram untuk rokok, lantas mau dikemanakan pancasila sila ke lima kita yang berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Bukankah dengan memfatwa rokok haram, kita secara tak langsung telah mengebiri hak keadilan para petani tambakau dan juga para perokok? Apakah kita juga mau mematikan penghasilan Negara dari pajak cuklai rokok, dan juga menyianyiakan budaya asli Indonesia ini? Mungkin MUI perlu memikirkan masak-masak keputusan mereka memfatwa haram rokok, karena mereka akan mematikan banyak mata pencaharian rakyat Indonesia dan yang paling penting, orang-orang yang mendukung pelarangan merokok perlu melihat lagi kebelakang, menilik sejarah penjajahan bangsa Barat yang dikarenakan tergiur oleh tembakau milik Indonesia.
Tentang rokok kretek ini adalah budaya asli Indonesia kita harus menanamkannya pada diri kita. Dan untuk pemerintah mungkin dapat melakukan penanganan yang lebih untuk industri rokok asli Indonesia ini karena rokok kretek adalah hasil penemuan asli warga Indonesia yang perlu dicatatkan dalam kebudayaan indonesia, agar rokok kretek bisa menjadi brandwich asli Indonesia seperti Marlborro yang menjadi brandwich milik Amerika dan Pizza milik Italia. Selanjutnya tinggal kita yang menyadari bahwa bangsa Indonesia masih mempunyai budaya asli Indonesia yang menghidupi rakyat Indonesia.[]
*(DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT .Nomor : 164 /HMS/2005 Tanggal : 18 Nopember 2009)
*(DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT .Nomor : 164 /HMS/2005 Tanggal : 18 Nopember 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar