Selasa, 19 April 2011

Maulid Nabi Ala Masyarakat Pesisir


Udara yang panas tak menyurutkan keramaian para nelayan di tempat pelelangan ikan (TPI) puger siang itu. Walaupun bau menyertai keramaian mereka, para nelayan tetap setia melakukan rutinitasnya. Keramaian yang tercipta di TPI puger itu juga terbawa ke dalam budaya mereka. Salah satunya adalah Obor-oboran yaitu budaya memperingati hari maulid nabi yang umat islam rayakan setehun sekali pada tanggal 15 Februari.
Acara yang dilaksanakan seusai maghrib sampai jam 12 malam itu diisi dengan arak-arakan obor disertai dengan kereta hias, arak-arakan itu di mulai dari masjid untuk keliling desa dan finis di stadiun puger. "Kereta hiasnya banyak mas, ada yang bentuknya kucing besar terus ada juga yang bentuknya kereta kencananya nyi blorong itu lho", ujar Suyono salah satu nelayan di desa puger. Lelaki 48 tahun itu menjelaskan bahwa acara Obor-oboran lebih meriah dibandingkan dengan acara petik laut yang notabene berhubungan dengan pekerjaan mereka sebagai nelayan.
Acara Obor-oboran juga bukan sekedar arak-arakan saja, karena acara itu dilombakan dan hadiahnya pun tak tanggung-tanggung yaitu televisi sebagai hadiah utama. Tapi walaupun tidak menjadi pemenang dan sudah menghabiskan biaya banyak untuk menghias mobil dan sepeda motor menjadi kereta hias, masyarakat tetap senang karena berhasil memeriahkan acara itu. Bahkan acara Obor-oboran ini juga dinanti-nanti oleh warga desa dan kecamatan lain. "Ngangeni mas katanya, walaupun mereka ndak punya nasi buat dimakan besok, mereka tetap datang", suyono berkata sambil meringgis.
Suasana kekeluargaan begitu lekat dalam acara Obor-oboran yang menurut suyono sudah ada sejak dia sekolah dasar dan acara itu setiap tahun semakin ramai karena media dan jaman yang semakin modern.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar