Sabtu, 11 Februari 2012

Antara Toleransi dan Bogem Mentah

Dia tidak lebih dikenal dari pada Soe Hok Gie, tapi dia dan Gie adalah dua pemuda yang mempunyai pemikiran yang berpengaruh di Indonesia, selain itu dia dan Gie sama-sama mati muda. AhmadWahib, ya seorang yang selalu dirundung gelisah, tentang keadaan beragama pada tahun-tahun dimana kelompok-kelompok agama belum mempunyai tempat di Indonesia, yaitu pada zaman presiden Soekarno. Ahmad Wahib memang tidak setenar Soe Hok Gie, tapi pemikiran-pemikirannya mengenai islam memang perlu diilhami. Wahib pernah begitu getol menyerukan perubahan dalam kebebasan berfikir, walaupun kenyataanya sekarang kebebasan berfikir itu sudah ada tapi rasa fanatik yang amat besar berhasil mengalahkannya.

Kebebasan berfikir yang dalam ranah agama yang digagas oleh Wahib bagaikan sirna di telan zaman, begaimana tidak, di indonesia selalu ada masalah yang di dasari oleh perbedaan pikiran atau ideologi, apalagi diranah agama. FPI dan Ormas-Ormas islam lainnya contohnya, seakan menjadi monster mengerikan bagi orang-orang yang ingin bebas berfikir, karena selalu saja tempat atau orang-orang yang dianggap melenceng dari agama Islam selalu diserbu dan dirusak bahkan tak sedikit yang dihabisi nyawanya oleh Ormas-Ormas layaknya FPI.

Saya tidak ingin berpikiran buruk tentang Ormas-Ormas islam, tapi seperti sudah menjadi langganan berita mengenai penyerbuan atau penggerebekan ilegal yang dilakukan oleh Ormas-Ormas tersebut. Padahal di indonesia bukan hanya umat islam yang ada, banyak dari penduduk Indonesia yang tidak beragama islam, dan mereka butuh apa yang di larang oleh agama islam.

Rasa toleransi dan ke Bhineka Tunggal Ika an seperti melebur menjadi abu ketika pembakaran tampat- tempat yang dianggap sebagai sarang dosa oleh Ormas-Ormas tersebut, entah besok Indonesia akn menjadi negara seperti apa, jika selalu ada darah ketika setiap orang bebas berpikir. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar