Ada salah satu kenang-kenangan
yang mungkin akan melekat dalam ingatan saya sampai tua nanti dan akan menjadi
cerita bagi anak cucu saya. Ketika itu saya masih terbang di jaman-jaman
Sekolah Menengah Atas (SMA), jaman yang membuat saya harus melakukan banyak
revolusi dalam pikiran karena banyak yang harus dihilangkan dan beberapa harus
diingat. Kenang-kenangan yang saya maksud bukanlah barang atau kisah berciuman
dipojok kelas, karena saya memang tidak pernah berciuman di waktu SMA, kenang-kenangan
yang saya maksud adalah sebuah kejadian menyedihkan atau bisa disebut malapetaka.
Kejadian yang selalu melekat
seperti permen karet yang telah dikunyah selama lima hari itu adalah ketika
saya terjaring operasi kasih sayang yang dilakukan oleh Satpol PP. operasi
kasih sayang ini memang rutin dilakukan oleh Satpol PP untuk menjaring
anak-anak yang sedang bolos sekolah. Dan saya tak sengaja bolos sekolah waktu
itu tapi alasan apapun tak akan diterima oleh petugas Satpol Asu itu.
Kejadian itu berawal pada hari
senin yang buruk, karena masalah dalam keluarga saya sedang mendidih. Hari itu
saya memang memutuskan untuk berpuasa karena ketika SMA saya adalah salah satu
dari beberapa anak yang tinggal di musholah SMA sebagai remaja masjid plus
tukang bersih-bersih dan itu bisa meminimalisir pengeluaran orang tua saya,
karena mereka tidak mengeluarkan uang untuk biaya kost saya. Oh iya saya belum
bercerita bahwa jarak antara rumah dan sekolahan saya lumayan jauh, kira-kira
20 kilometer. Setiap hari minggu saya menyempatkan pulang untuk mencium aroma
kemarahan dirumah, walaupun saya benci sekali aroma kemarahan itu. Dan ketika
hari seninnya saya nebeng ke teman saya satu desa yang satu sekolah dengan
saya. Tapi berbeda dengan hari senin ketika saya ditangkap Satpol Asu itu.
Di hari senin yang buruk itu saya
menyuruh teman saya berangkat terlebih dahulu, karena saya sebagai satu-satunya
anak laki-laki dirumah harus mendinginkan keadaan rumah terlebih dahulu. Dan setelah
keadaan rumah saya rasa sudah dingin, saya berniat untuk berangkat bersama ‘si
kuning’ sepeda kesayangan saya, walaupun saya tahu tidak akan sampai tepat
waktu di sekolah, tapi tekad saya sebagai murid yang berbakti kepada Negara yang
busuk ini membuata saya bersemangat mengayuh sepeda dalam keadaan berpuasa.
Sekitar satu jam lebih saya
mengayuh ‘si kuning’ dan rasa capek pun menghampiri tubuh sexy saya. Setelah dekat
dengan sekolahan saya memutuskan berhenti sejenak untuk beristirahat sembari
menunggu upacara bendera selesai, karena saya melihat jam masih pukul 07.40 WIB
dan biasanya upacara bendera di sekolahan saya belum selesai.
Keputusan untuk beristirahat
sejenak itu ternyata membawa malapetaka besar, ketika saya sedang menikmati
enaknya udara pagi dan cicit beberapa burung di gazebo depan stadion surajaya
bersama ‘si kuning’ tak disangka-sangka mobil berwarna hijau berhenti dan
beberapa orang Satpol asu keluar dari mobil itu. Tanpa bosa basi lalu saya dan ‘si
kuning’ diseret masuk ke mobil itu dan ternyata di dalam mobil itu sudah banyak
anak-anak berseragam sekolah yang tertangkap.
Di dalam mobil saya ditanyai nama
dan asal sekolah, tapi ketika saya menyebutkan nama lengkap saya Satpol Asu itu
malah bersiap meluncurkan bogem mentah kearah muka saya, sontak saya memegang
tangannya dan menunjukkan bet nama yang ada di seragam saya, Satpol Asu itupun
terdiam. Yah malapetaka itu tidak selesai sampai disitu, semua anak-anak yang
bolos sekolah dibawa ke dinas pendidikan dan akan dijemput oleh kepala
sekolahnya masing-masing. Ketika kepala sekolah saya datang, saya melihat
kemarahan dalam bola matanya. Dan kemarahan itupun keluar ketika saya sampai di
sekolahan dan masuk ke ruang kepala sekolah. Beberapa cacian saya telan
mentah-mentah karena saya dianggap mencemarkan nama sekolahan.
Hari senin, puasa, sekolah, dan
kemarahan. Saya tidak akan melupakan itu, karena kejadian itu seperti kabel
yang akan menghubungkan saya dengan masa suram di jaman SMA.
*tulisan "GJ" untuk perang dengan Diekey
Tidak ada komentar:
Posting Komentar