Selasa, 24 April 2012

Hari Senin, Puasa, dan Malapetaka*


Ada salah satu kenang-kenangan yang mungkin akan melekat dalam ingatan saya sampai tua nanti dan akan menjadi cerita bagi anak cucu saya. Ketika itu saya masih terbang di jaman-jaman Sekolah Menengah Atas (SMA), jaman yang membuat saya harus melakukan banyak revolusi dalam pikiran karena banyak yang harus dihilangkan dan beberapa harus diingat. Kenang-kenangan yang saya maksud bukanlah barang atau kisah berciuman dipojok kelas, karena saya memang tidak pernah berciuman di waktu SMA, kenang-kenangan yang saya maksud adalah sebuah kejadian menyedihkan atau bisa disebut malapetaka.

Kejadian yang selalu melekat seperti permen karet yang telah dikunyah selama lima hari itu adalah ketika saya terjaring operasi kasih sayang yang dilakukan oleh Satpol PP. operasi kasih sayang ini memang rutin dilakukan oleh Satpol PP untuk menjaring anak-anak yang sedang bolos sekolah. Dan saya tak sengaja bolos sekolah waktu itu tapi alasan apapun tak akan diterima oleh petugas Satpol Asu itu.

Kejadian itu berawal pada hari senin yang buruk, karena masalah dalam keluarga saya sedang mendidih. Hari itu saya memang memutuskan untuk berpuasa karena ketika SMA saya adalah salah satu dari beberapa anak yang tinggal di musholah SMA sebagai remaja masjid plus tukang bersih-bersih dan itu bisa meminimalisir pengeluaran orang tua saya, karena mereka tidak mengeluarkan uang untuk biaya kost saya. Oh iya saya belum bercerita bahwa jarak antara rumah dan sekolahan saya lumayan jauh, kira-kira 20 kilometer. Setiap hari minggu saya menyempatkan pulang untuk mencium aroma kemarahan dirumah, walaupun saya benci sekali aroma kemarahan itu. Dan ketika hari seninnya saya nebeng ke teman saya satu desa yang satu sekolah dengan saya. Tapi berbeda dengan hari senin ketika saya ditangkap Satpol Asu itu.

Di hari senin yang buruk itu saya menyuruh teman saya berangkat terlebih dahulu, karena saya sebagai satu-satunya anak laki-laki dirumah harus mendinginkan keadaan rumah terlebih dahulu. Dan setelah keadaan rumah saya rasa sudah dingin, saya berniat untuk berangkat bersama ‘si kuning’ sepeda kesayangan saya, walaupun saya tahu tidak akan sampai tepat waktu di sekolah, tapi tekad saya sebagai murid yang berbakti kepada Negara yang busuk ini membuata saya bersemangat mengayuh sepeda dalam keadaan berpuasa.

Sekitar satu jam lebih saya mengayuh ‘si kuning’ dan rasa capek pun menghampiri tubuh sexy saya. Setelah dekat dengan sekolahan saya memutuskan berhenti sejenak untuk beristirahat sembari menunggu upacara bendera selesai, karena saya melihat jam masih pukul 07.40 WIB dan biasanya upacara bendera di sekolahan saya belum selesai.

Keputusan untuk beristirahat sejenak itu ternyata membawa malapetaka besar, ketika saya sedang menikmati enaknya udara pagi dan cicit beberapa burung di gazebo depan stadion surajaya bersama ‘si kuning’ tak disangka-sangka mobil berwarna hijau berhenti dan beberapa orang Satpol asu keluar dari mobil itu. Tanpa bosa basi lalu saya dan ‘si kuning’ diseret masuk ke mobil itu dan ternyata di dalam mobil itu sudah banyak anak-anak berseragam sekolah yang tertangkap.

Di dalam mobil saya ditanyai nama dan asal sekolah, tapi ketika saya menyebutkan nama lengkap saya Satpol Asu itu malah bersiap meluncurkan bogem mentah kearah muka saya, sontak saya memegang tangannya dan menunjukkan bet nama yang ada di seragam saya, Satpol Asu itupun terdiam. Yah malapetaka itu tidak selesai sampai disitu, semua anak-anak yang bolos sekolah dibawa ke dinas pendidikan dan akan dijemput oleh kepala sekolahnya masing-masing. Ketika kepala sekolah saya datang, saya melihat kemarahan dalam bola matanya. Dan kemarahan itupun keluar ketika saya sampai di sekolahan dan masuk ke ruang kepala sekolah. Beberapa cacian saya telan mentah-mentah karena saya dianggap mencemarkan nama sekolahan.

Hari senin, puasa, sekolah, dan kemarahan. Saya tidak akan melupakan itu, karena kejadian itu seperti kabel yang akan menghubungkan saya dengan masa suram di jaman SMA.


*tulisan "GJ" untuk perang dengan Diekey

Tidak ada komentar:

Posting Komentar