Minggu, 16 Desember 2012

Perempuanku, Airmata Itu…



Saya lupa kapan terakhir kali saya meneteskan airmata bahagia, atau bahkan saya sudah lupa bagaimana menangisi kebahagiaan. Tapi malam ini (sabtu, 15/12/12) entah kenapa airmata begitu mudah menderas dari kelopak mata ketika memandang mata seseorang yang ada di depanku, dekat sekali di depanku.

Mata itu adalah mata seorang wanita yang begitu lembut, mata seorang penerjemah luka, saya tahu itu. Tapi disitulah kenapa saya begitu menyayanginya. Saya seorang yang bisa membaca luka itu dari pandangannya. Saya juga tahu bahwa dia adalah wanita yang begitu menghargai pasangannya, dan tentunya saya begitu beruntung menjadi pasangannya.

Malam ini begitu berbeda dibanding malam-malam sebelumnya ketika kami bersama. Malam itu saya menjadi seorang yang benar-benar cengeng, saya menangis, saya seorang lelaki yang tak bisa menahan airmata. Dia bertanya tentang satu kalimat yang ada dalam surat yang saya tuliskan untuknya. “perasaan yang begitu aneh setelah membaca postingan terakhir di blogmu.” Dan saya tak bisa menjawabnya karena saya tak bisa menerjemahkan perasaan aneh itu dalam kata, ah kenapa saya begitu melankolis. Pada saat itu saya hanya bisa memandang matanya begitu dalam dan tanpa saya sadari airmata sudah merembes di sekitar mata saya. Saya malu benar-benar malu padanya, tapi itu bukan airmata sedih melainkan airmata karena saya begitu bahagia memilikinya. Saya bahagia bisa menjadi seorang yang menggandeng tangannya dan membelai lembut rambutnya.

Malam ini saya bisa menangis bahagia karenanya, karena seorang perempuan yang saya sayangi. Terimakasih sayang, terima kasih karena kau, cinta menjadi sebuah penghargaan yang begitu besar. Karena kau juga airmata ini menjadi sebuah kenangan yang indah dengan rasa sayang yang saya percayai begitu besar.

Saya yakin dia tentunya begitu menyayangi saya dengan pandangan mata yang begitu dalam itu dan semua perasaan aneh itu pun segera hilang. Saya yakin dan percaya bahwa dia adalah pasangan yang begitu hebat, dia adalah perempuan yang kuat, saya percaya itu. Saya ingin merasakan kehidupan masa depan dengannya, saya tidak hanya berangan tapi saya akan  berusaha. Tak ada luka lagi bagi keterasingan dalam hidup ini. Dan pada malam yang sama saya menuliskan sebuah sajak, sehabis menyeruput kopi di cak ipul. Sajak tentang keterasingan dan tentunya tentang kehidupan.


Hidup

Lalu kita hirup aroma kehidupan, bersama ngilu nasib
Juga berjuntai-juntai kenangan
Yang tak pernah habis di makan hari
Atau bahkan tahun

Namun tak ada yang lebih kejam
Selain bersanding dengan kesalahan
Juga kelindan penyesalan

Hidup tak perlu melulu mendaki gelisah
Sebab setelahnya adalah sajak-sajak yang kelam
Yang kita panggil sebagai
-keterasingan

11/12/12

Ah, pasanganku tentunya kita akan berjalan bersama, bergandengan tangan dalam keterasingan hidup ini. Saya yakin hidup masih sebagai kesunyian masing-masing. Juga airmata ini adalah kemenangan yang menghapus segala perasaan aneh yang kurasakan. Sekali lagi terima kasih perempuanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar