Selasa, 01 April 2014

Ideas

Jika waktu adalah lembaran-lembaran kertas yang kosong, tentu perjalanan akan memenuhinya dengan berbagai cerita. Tapi perjalanan selalu layaknya sajak, ada yang ingin diungkap dan ada yang selalu tersembunyi. Bahkan kosong. Setiap perjalanan adalah suatu yang ambigu, yang mempunyai banyak makna, yang dalam setiap fragmennya memunculkan sesuatu yang lain. Layaknya sebuah sajak, di setiap perjalanan tentu kita akan menemukan kemuraman, ketegangan yang berlanjut, kegelisahan yang sulit dihentikan, dan perjuangan yang berat seperti yang diungkapkan Conrad Aiken dalam esainya yang berjudul Puisi dan Pemikiran Manusia.
***
Lembaga Pers Mahasiswa Sastra Ideas yang selanjutnya disebut LPMS-Ideas selalu menjalani hari demi hari dengan perjalanan yang semakin kesini semakin terjal, bahkan sesekali mengulang sejarah yang menurut Foucault selalu acak. Sebagai sebuah organisasi yang setiap hari anggotanya selalu dipaksa untuk berpikir, LPMS-Ideas menjadi organisasi yang memunculkan manusia-manusia yang liyan dari lingkungan sekitarnya ––mungkin setiap LPM akan menghasilkan produk manusia seperti itu. Selain itu LPMS-Ideas juga mencoba untuk menciptakan budaya baru, yang seharusnya semakin dekat dengan keseharian mahasiswa kekinian.Tapi pada kenyataannya LPMS-Ideas semakin tersungkur dan selalu mencoba untuk bangkit dengan tenaga-tenaga yang tersisa. Sampai pada akhirnya tahun 2013 tuntas. Sejarah memang akan berulang, seperti halnya Pemilihan Umum (Pemilu) yang dilakukan selama 4 tahun sekali. LPMS-Ideas sebagai sebuah organisasi juga harus mengganti nahkodanya seperti Indonesia yang setiap empat tahun sekali mengganti presidennya. Musyawarah Tahunan Anggota (Mustang), begitu kami menyebut proses demokratis itu. Tentu perubahan pemikiran dan segala yang lebih nyaman lah yang kami harapkan.
“Akhir-akhir ini banyak sekali yang terjadi.Tapi aku malas ceritera tentang itu semua.” Begitu yang diungkapkan Gie dalam catatan hariannya yang bertanggal 10 Desember 1961. Seperti itu pula yang sedang terjadi di LPMS-Ideas. Sebagai sebuah keluarga kecil yang bermukin di sebuah bilik berukuran 6X6 meter, beberapa anggota LPMS begitu pandai menyimpan rahasia dan sakit hatinya. Sampai-sampai suatu saat beberapa anggota itu tidak sadar meneteskan bulir airmata mereka yang begitu berharga. Dinamika seperti ini dalam sebuah organisasi memang sulit untuk dihilangkan, kembali kepada Cornad Aiken tentang kemuraman, ketegangan yang berlanjut dan kegelisahan yang sulit dihentikan.Tapi disamping semua cerita yang selalu disembunyikan itu, sepertinya semua anggota LPMS-Ideas tidak pernah luput memikirkan kemajuan organisasi. Akhirnya malam yang bisa saya bilang sebagai malam terbesar bagi LPMS-Ideas pun tiba, setelah 14 bulan yang dijalani dengan terseok-seok akhirnya saya sebagai nahkoda LPMS pun harus digantikan.
Semenjak saya dibaptis sebagai seorang yang harus memimpin LPMS-Ideas, saya pun memutuskan untuk membangun LPMS dan Ideas mulai dari awal dengan merubah beberapa hal yang sudah menjadi kesepakatan bersama pengurus dan anggota-anggota LPMS-Ideas sebelumnya. Keberanian saya untuk merubah dan membangun kembali LPMS-Ideas muncul karena saya merasa tidak sendirian dan saya mempunya kawan-kawan yang menurut saya begitu mencintai LPMS-Ideas. Pada akhirnya semua refleksi masa lalu pun mulai dibenamkan dalam budaya dan ke-baru-an yang kami ciptakan. Tapi dalam menjalani ke-baru-an atau mengambil istilah Yasraf dunia yang lain, para awak LPMS-Ideas tidak pernah lepas dari dekadensi, karena semua hal sedikit demi sedikit dipaksa untuk berubah. Selain itu goncangan demi goncangan semakin membuat LPMS-Ideas harus memaksakan diri sebagai organisasi yang benar-benar kuat di dalam.
Ah, tak usah semakin mendayu dan mengutuki diri sebagai yang fana. Semoga ideas semakin keren dengan orang-orang yang keren juga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar