Minggu, 22 Juni 2014

#1

Dear Perempuan..

Kutulis surat ini dalam sepetak kamar kosong dan gelap, tempatku menguapkan angan tentangmu. Diluar sedang hujan. Sangat deras dan aku suka itu.

Entah apa yang sedang kau lakukan disana. Apakah kau masih merajut kalut? Apakah kau masih mencoba menyingkirkan kenangan? Ataukah kau sedang mendengarkan senandung Is Payung Teduh?

Aku tulis surat ini seperti sungai yang mengalir lembut. Seperti perasaanku ada pada setiap kata yang aku tuliskan. Kulihat hujan di luar semakin lebat. Kubayangkan juga wajahmu membayang dalam derainya. Hari ini mungkin kau tidak lagi mengutuki matahari seperti biasanya. Karena hujan selalu membawa ketenangan. Bukankah begitu?

Hujan tak pernah senyinyir manusia. Hujan tau kapan dia harus datang dan kapan dia harus pergi. Hujan juga memberi kita ruang untuk berkontemplasi, ruang berteduh juga ruang untuk bersama dalam sebuah situasi. Dan aku masih menunggumu, seperti pelangi setia menunggu hujan reda.

Aku bisa saja mengirimu pesan singkat, tanpa berbelit-belit menulis surat seperti ini. Kita membuat janji untuk bertemu dan kita akan berbicara. Begitu mesra. Begitu lama. Seperti malam itu, masih ingatkah kau dengan malam itu? Malam dimana kau sandarkn kepalamu di bahuku. Begitu manja. Begitu hangat dan aku selalu inin hal itu berulang. Tapi, izinkanlah kali ini kutulis surat ini untukmu. Karena keinginan ini sungguh-sungguh menguasai hatiku. Keinginan untuk menjadikan suatu hal sebagai yang abadi. Walaupun hanya keinginan, tapi bukankah semua oreng boleh berkeinginan walaupun untuk hal yang sepele pun.tapi kadah hal sepele itulah yang akan menjadi indah. Seperti senja yang selalu sebentar menyapa kita, tapi dia membekas.

Masih ingatkah pertama kali kita bertemu? Di sebuah ruang di bagian dunia yang begitu ramai dengan obrolan para remaja. Saat pertama kali melihatmu waktu dihentikan oleh senyum kecilmu. Aku tak tahu maksud senyum itu tapi kubalas juga dengan sungging senyum bibirku. Lantas selanjutnya kita hanya berkomunikasi lewat media sosial. Tempat dimana jarak adalah waktu yang tak tercatat, dimana kita tak bisa saling sentuh. Hanya bisa meluapkan segalanya lewat frasa demi frasa penuh perasaan.

Berulang kali aku jatuh dan bangkit dan secara perlahan kita dipertemukan lagi oleh waktu. Atau barangkali Tuhan sengaja memberikan sebuah takdir pertemuan dan perpisahan yang lain kepada kita? Perlahan kita bangun pertemuan demi pertemuan. Perbincangan demi perbincangan dan hal-hal yang bisa membuat kita tertawa bersama.

Aku mencoba menebak kau yang sekarang; seorang wanita yang kuat. Tapi semuanya salah. Kau kembali terjatuh. Kekalutan berkelindan. Wajahmu layu tapi beruntunglah aku tak ada sungai di matamu. Chairil pernah menulis dalam puisisnya ‘hidup adalah kesunyian masing-masing’. Kita tak bisa meramal hidup. Selalu ada luka dan bahagia. Seperti hujan, kadang dia ditunggu dan kadang dia begitu tidak diinginkan.
Entahlah kenapa hatiku mengatakan bahwa aku sedang jatuh, iya sedang jatuh. Bukan jatuh dengan pengertian harfiah. Tapi jatuh yang lain, jatuh yang membuatku selalu tersenyum, jatuh yang menjadi keinginan.

Sepertinya ada banyak hal yang berubah darimu. Banyak yang kau sembunyikan. Tapi malam itu senyumu menjawab semuanya, juga ketika kau menggigit bibirmu aku rasa semuanya sudah cukup. Semuanya harus diungkapkan walaupun aku tak tahu akhir seperti apa yang menungguku. Sedari kecil aku dididik dengan luka. Sampai akhirnya aku tak lagi takut terluka dan sakit. Saat ini aku sedang jatuh cinta, kepadamu.
Barangkali kita tak usah terlalu peduli dengan apa yang mengelilingi kita. Biarkan semua berjalam menemani waktu. Juga pertemuan kita, biarkanlah ini berjalan walaupun kita tidak ingin ada yang terluka, tapi itulah hidup.

Inilah suratku, surat seorang laki yang sial yang sedari kecil berjalan dan selalu tersungkur karena keluarga yang hampir hancur. Ah tak usah kuceritakan kepiluan di surat yang menyenangkan ini. Kita berdua, kita tak akan pergi kemana-mana. Percayalah kita akan hidup di dunia yang masih dibalut hujan dan senja. Percayalah!

tertanda dan terucap sayangku padamu.

lelaki tengik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar