Minggu, 17 Februari 2013

Kisah Angin


Ibu pernah bercerita, tentang angin yang membawa rotasi, yang datang dari sunyi dan iri. Angin tak pernah menjadi belati kata ibu, tapi angin bisa mencipta ngeri pada suasana yang diri.

Aku selalu percaya pada ibu, sebelum dia sakit dan meninggalkan parit kehidupan menuju langit. Sebelum dia menitipkan angin yang membawa rotasi, kisah yang tak pernah dia akhiri.

Ibu tak pernah lagi mengunjungiku, hanya ada ngeri yang mewaktu pada tanah-tanah dimana dia meninggalkan diri. Sedang aku, setiap hari menimang angin juga rotasi, tanpa wajah bapak yang tak pernah ibu tanam pada setiap kenduri kematiannya.

Setiap hari aku berharap ibu kembali. Bercerita lagi tentang angin yang membawa rotasi, yang datang dari sunyi juga iri.
Ibu, kembalilah!
Karena rotasi yang dibawa angin tidak pernah berhenti, dan anakmu yang laki ini telah memilih menjadi banci.

13/02/13

3 komentar:

  1. alifah zaki rodliyah19 Februari 2013 pukul 05.03

    dam, tulisanmu yang ini bikin orang berfikiran kemana-mana...
    kemaren pagi ketika saya kuliah, tiba-tiba ada pesan baru di mesin pengirim pesanku yang isinya gini. "per, ibuke sadam ninggal to?," ini pesan dari Yudha.... seketika itu saya berfikiran yang sama, dan tak lagi fokus pada dosen yang menjelaskan dengan semangatnya...

    BalasHapus
  2. Saya mulai menemukan yang bukan Sadam.

    BalasHapus
  3. yang bukan sadam itu dari karakter berpuisinya ya?

    BalasHapus