Ibu
pernah bercerita, tentang angin yang membawa rotasi, yang datang dari sunyi dan
iri. Angin tak pernah menjadi belati kata ibu, tapi angin bisa mencipta ngeri
pada suasana yang diri.
Aku
selalu percaya pada ibu, sebelum dia sakit dan meninggalkan parit kehidupan
menuju langit. Sebelum dia menitipkan angin yang membawa rotasi, kisah yang tak
pernah dia akhiri.
Ibu
tak pernah lagi mengunjungiku, hanya ada ngeri yang mewaktu pada tanah-tanah
dimana dia meninggalkan diri. Sedang aku, setiap hari menimang angin juga
rotasi, tanpa wajah bapak yang tak pernah ibu tanam pada setiap kenduri
kematiannya.
Setiap
hari aku berharap ibu kembali. Bercerita lagi tentang angin yang membawa
rotasi, yang datang dari sunyi juga iri.
Ibu,
kembalilah!
Karena
rotasi yang dibawa angin tidak pernah berhenti, dan anakmu yang laki ini telah
memilih menjadi banci.
13/02/13
dam, tulisanmu yang ini bikin orang berfikiran kemana-mana...
BalasHapuskemaren pagi ketika saya kuliah, tiba-tiba ada pesan baru di mesin pengirim pesanku yang isinya gini. "per, ibuke sadam ninggal to?," ini pesan dari Yudha.... seketika itu saya berfikiran yang sama, dan tak lagi fokus pada dosen yang menjelaskan dengan semangatnya...
Saya mulai menemukan yang bukan Sadam.
BalasHapusyang bukan sadam itu dari karakter berpuisinya ya?
BalasHapus